Inclusion Awareness Day: Say It with Hands – A Journey into the World of Sign Language and Deaf Culture

Jakarta, 2025 – Pada hari Jumat, 26 September 2025, Student Support Office (SSO) BINUS Square Hall of Residence bekerja sama dengan Student Advisory & Support Center (SASC) serta Silang.id menyelenggarakan acara Inclusion Awareness Day: Say It with Hands – A Journey into the World of Sign Language and Deaf Culture. Acara ini bertempat di Exhibition Hall, Lantai 3, Kampus Anggrek BINUS Kemanggisan dan berlangsung dari pukul 13.00 hingga 15.00 WIB. Acara ini merupakan event kedua dari rangkaian acara Whole Being Month 2025 (September & Okober) dalam rangka menyambut World Mental Health Day pada 10 Oktober mendatang. Event ini sekaligus memperingati Deaf Awareness Month di bulan September serta International Day of Sign Languages yang diperingati pada 23 September.

Acara dibuka dengan hangat oleh MC, Syahla (Binusian 2026, Psikologi), yang mengajak peserta untuk lebih dekat mengenal dunia teman tuli serta pentingnya bahasa isyarat sebagai alat komunikasi inklusif. Kehangatan ini menjadi pembuka yang tepat untuk suasana belajar yang ramah, interaktif, dan penuh empati.

Sesi pertama dibawakan oleh Kak Jannah Sabrina, seorang Silang Educator sekaligus Instruktur Bahasa Isyarat (Tuli). Dalam materinya, Kak Jannah menjelaskan secara mendalam mengenai dunia teman tuli, tantangan yang mereka hadapi, serta bagaimana masyarakat dapat lebih peduli dan memahami perspektif mereka. Contoh saja, frasa yang tepat digunakan ialah “tuli” dibandingkan “tuna rungu”. Kak Jannah menjelaskan bahwa seiring berkembangnya kesadaran tentang keadilan bahasa dan inklusi, banyak organisasi serta media disabilitas mulai menjalankan perubahan istilah resmi yang lebih menghargai identitas komunitas tuli. Istilah tuna rungu lebih menekankan “keterbatasan fungsi” sedangkan tuli lebih mencerminkan identitas dan cara berkomunikasi komunitas itu sendiri.

Setelah penyampaian materi, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Peserta sangat antusias, mengajukan berbagai pertanyaan seputar teman tuli, cara mendukung mereka dalam kehidupan sehari-hari, hingga perbedaan antara Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) dan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI). BISINDO adalah bahasa isyarat alami yang berkembang dari komunitas Tuli Indonesia dengan struktur mandiri dan ekspresif, berbeda dari Bahasa Indonesia lisan/tulis. Sementara SIBI adalah sistem buatan pemerintah yang dibuat tahun 1980-an mengikuti tata bahasa Indonesia secara ketat, namun sering dianggap tidak alami oleh komunitas Tuli. Penjelasan ini membuka wawasan peserta bahwa inklusi bukan hanya tentang “memberi ruang”, melainkan juga tentang membangun kesetaraan dalam komunikasi dan interaksi sosial. Kak Jannah menjawab dengan lugas, penuh semangat, dan juga memberikan perspektif yang menginspirasi.

Sesi berikutnya dibawakan oleh Kak Mahesa Nayandra (Binusian 2017, DKV – New Media), yang juga merupakan Silang Educator dan Instruktur Bahasa Isyarat (Tuli). Kak Mahesa memandu peserta untuk langsung mempraktekkan bahasa isyarat, dimulai dari salam sederhana hingga kosakata dasar sehari-hari. Suasana menjadi semakin seru saat dilanjutkan dengan mini games, di mana peserta diajak untuk mempraktekkan bahasa isyarat dalam bentuk permainan interaktif. Aktivitas ini tidak hanya menambah pemahaman, tetapi juga membuat proses belajar terasa menyenangkan dan memorable.

Menjelang akhir acara, Kak Annisa, selaku Section Head of Disability Services, Student Advisory & Support Center (SASC) BINUS Kemanggisan, memberikan souvenir kepada Kak Jannah dan Kak Mahesa sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi mereka dalam berbagi ilmu serta pengalaman berharga.

Acara kemudian ditutup dengan sesi foto bersama seluruh peserta, MC, dan narasumber. Momen ini mengabadikan kebersamaan dalam merayakan inklusi, pembelajaran, serta semangat untuk lebih peduli terhadap teman tuli.

Kegiatan Say It with Hands: A Journey into the World of Sign Language and Deaf Culture ini tidak hanya menambah pengetahuan tentang bahasa isyarat, tetapi juga menumbuhkan empati dan kesadaran akan pentingnya membangun lingkungan yang ramah serta setara bagi semua orang.

✨ “Inclusion starts within us.” ✨

Cito Meriko