Seminar “Menggapai Karir Impian”

Pada 19 Mei 2023, sub-unit Disability Services Student Advisory & Support Center Kemanggisan mengadakan Seminar “Menggapai Karir Impian” di Binus Kemanggisan Campus. Narasumber seminar ini adalah Kak Dibya Pradipta; seorang individu ADHD dewasa yang juga seorang entrepreneur, serta Kak Nissi Taruli Felicia; teman Tuli yang merupakan sarjana arsitektur BINUS University dan juga pendiri Feminis Themis. Seminar ini didedikasikan untuk para rekan mahasiswa berkebutuhan khusus agar dapat mendapatkan wawasan mengenai peluang karir bagi individu disabilitas. Kegiatan ini dihadiri secara onsite oleh mahasiswa dari area kampus Kemanggisan dan Alam Sutera, serta secara online bagi mahasiswa area kampus Malang. Dalam seminar ini, Kak Dibya dan Kak Nissi berbagi mengenai cara mengenali potensi diri serta bagaimana mempersiapkan diri untuk bisa mencapai karir yang diinginkan.

Suasana Seminar “Menggapai Karir Impian”

Kak Dibya memulai sesi sharingnya dengan menceritakan pengalamannya membangun self worth dan self esteem yang menjadi titik awal pencarian diri menuju karir yang diinginkan. Kak Dibya berpendapat bahwa merasa pantas mencintai diri sendiri dan dicintai orang lain adalah dasar dari penerimaan diri. Penerimaan diri ini penting, untuk kita mengetahui apa saja yang menjadi kelebihan diri kita dan apa bagian diri kita yang masih kurang sehingga butuh bantuan dari orang lain. Bila dirasa diperlukan, kita bahkan bisa mencari bantuan ke sekitar seperti kepada teman dan keluarga, bahkan dari Konselor atau tenaga professional. Membangun self esteem kita menjadi penting, karena bisa jadi seiring perkembangan diri, self esteem kita belum terbangun dengan positif.

Dengan menanamkan perasaan menghargai diri sendiri ini, kita memiliki kepercayaan diri untuk melakukan apa yang kita minati dan merasa mampu dalam mengembangkannya menjadi kegiatan bermanfaat, ini yang disebut sebagai self efficacy. Meski begitu, Kak Dibya mengingatkan juga bahwa kepercayaan diri dan self-efficacy akan terus terbangun seiring bertambahnya pengalaman. Kak Dibya yang mengembangkan self efficacy dirinya melalui minatnya pada martial art, merasakan bahwa kemampuannya melatih murid-murid dapat berkembang dengan baik sehingga mereka bisa menjadi juara pun dibangun dari pengalaman gagal. Namun dalam berusaha, gagal, berusaha kembali, dan bisa jadi gagal kembali pun tetap akan ada yang selalu kita pelajari, karena kita adalah life long learner. Melalui pendalaman pada keahlian dan ketertarikan yang kita punya, kita bisa jadikan hal tersebut sebagai pilihan karir. Ia pun menekankan pentingnya berjejaring sebagai salah satu sumber dimana kita bisa mendapatkan pekerjaan, misalnya dengan bergabung dengan komunitas. Banyak manfaat yang bisa didapatkan dengan bergabung pada sebuah komunitas. Selain kita bisa menyalurkan minat kita pada kegiatan di komunitas tersebut, kita juga bisa membangun relasi dengan orang dalam komunitas tersebut dan menunjukkan nilai yang kita miliki melalui keterlibatan pada kegiatan yang ada.

Sesi sharing yang dibawakan oleh Kak Dibya

Kak Dibya juga membagi pengalamannya sebagai individu ADHD, dimana terkadang ketika dihadapkan pada situasi yang membuat cemas ia bisa terdiam membeku atau tidak melakukan apapun. Disini Kak Dibya membagikan tipsnya, dengan cara melakukan antisipasi. Pertama adalah dengan melakukan breakdown pada hal-hal atau situasi apa saja yang biasanya membuat kita stress (stressor). Kedua adalah dengan mengenali respon kita yang muncul saat menghadapi stressor tersebut apa dan kegiatan apa yang bisa menetralisir respon tersebut. Kak Dibya menyebutkan bahwa mendengarkan musik bisa membantu dirinya. Namun tentunya hal yang dapat membantu bagi tiap orang bisa berbeda, oleh karenanya kita perlu banyak melakukan refleksi diri, bila perlu mencari bantuan orang lain untuk meminta umpan balik atau sebagai teman diskusi dalam menghadapi kesulitan yang dihadapi.

Kak Nissi sebagai narasumber kedua berbagi cerita mengenai pengalaman dan pencapaian karirnya. Ia menyampaikan bahwa perkuliahan di Binus adalah salah satu waktu yang baik baginya untuk belajar. Awalnya Kak Nissi mengambil jurusan Arsitektur atas dasar saran dari orangtua, ia pun menemukan banyak kendala saat menjalani perkuliahan, terutama saat harus berkomunikasi dengan teman-teman kuliah pada umumnya. Namun begitu Kak Nissi tidak menyerah, ia mencoba lebih aktif mencari bantuan pada Dosen, Jurusan dan juga SASC, Kak Nissi juga berupaya melakukan advokasi akan kebutuhan diri sebagai teman Tuli sehingga pihak kampus lebih memahami kondisinya. Hingga akhirnya jurusan Arsitektur mendukungnya dengan menyediakan Juru Bahasa Isyarat (JBI) saat sesi Sidang Akhir Skripsinya.

Sesi sharing yang dibawakan oleh Kak Nissi

Dari pengalaman pribadinya inilah Kak Nissi memutuskan untuk lebih menyelami identitas dirinya sebagai teman Tuli. Ia yang awalnya tidak bisa Bahasa isyarat, setelah bertemu dengan komunitas Tuli dan ditegur dengan keras karena tidak meng-embrace identitasnya menjadi terketuk. Pada tahun 2019, ia pun memantapkan diri untuk benar benar terlibat dalam dunia Tuli, seperti berinteraksi dengan mereka, belajar Bahasa isyarat lebih mendalamm hingga akhirnya pada tahun 2020 terlibat pada kegiatan pengembangan pembelajaran Bahasa Isyarat. Kak Nissi menemukan bahwa Bahasa Isyarat membuka jalannya untuk mendapatkan kesempatan besar agar bisa mengembangkan diri. Kak Nissi mencoba berbagai pengalaman untuk bergabung dalam project project NGO untuk memperjuangkan hak hak teman Tuli. Melalui hal tersebut, Kak Nissi menemukan keinginan dan tujuan hidupnya. Hingga akhirnya pada tahun 2021 Kak Nissi membangun sebuah lembaga bernama Feminis Themis. Lembaga tersebut berfokus kepada isu isu mengenai perempuan. Kak Nissi berusaha memberikan dukungan kepada para perempuan dengan membagikan pengalaman pribadinya untuk menggapai karir yang sesuai dengan keinginan dan tujuan hidupnya.

Kak Nissi juga membagikan cara yang dilakukannya untuk bisa lebih fokus dalam mencapai goal yang kita inginkan, yaitu dengan membuat sebuah dream board. Kak Nissi kemudian memandu peserta membuat dream board pribadi yang berisi rentang waktu dan usia yang diinginkan, dan harapan akan pencapaian apa yang diinginkan pada usia atau rentang waktu tersebut. Aktivitas ini sangat seru dan peserta disarankan untuk melanjutkan di rumah masing-masing agar dapat lebih merefleksikan diri dan kebutuhan pribadinya.

Kak Nissi menjelaskan cara membuat dream board untuk mencapai goal yang diiinginkan

Pada akhir acara, Kak Dibya meyakinkan para peserta bahwa kita tidak sendiri. Jika mengalami kendala dan membutuhkan bantuan, para peserta dapat meminta bantuan salah satunya kepada para Konselor untuk membantu kita menemukan insight dari masalah yang sedang dihadapi. Selain itu, kita juga perlu mencari komunitas yang sesuai dengan diri kita untuk pengembangan diri kita. Kak Nissi juga menyampaikan bahwa kita perlu mengejar impian kita, namun kita juga perlu mengambil waktu jeda untuk beristirahat. Hal yang penting adalah kita tidak berhenti untuk mengejar impian kita.

Seminar ini lebih aksesibel bagi teman Tuli, karena dilengkapi oleh Juru Bahasa Isyarat

Sebagai bentuk dukungan yang diberikan oleh Student Advisory and Support Center terhadap teman Tuli, seminar ini juga dilengkapi oleh dua orang JBI (Juru Bahasa Isyarat) agar lebih aksesibel baik bagi narasumber Tuli maupun peserta Tuli yang hadir. JBI menerjemahkan BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia) yang diperagakan baik oleh Kak Nissi maupun peserta yang merupakan Mahasiswa Tuli ke dalam bahasa lisan, sebaliknya pertanyaan yang disampaikan baik oleh Kak Dibya dan peserta non-Tuliswa Tuli, diterjemahkan oleh Juru Bahasa Isyarat ke dalam BISINDO. Seminar hari ini sangat bermanfaat, tidak hanya karena kedua narasumber berbagi pengetahuan dan pengalaman yang menarik tetapi juga karena tips yang dibagikan dapat bermanfaat bagi persiapan karir pribadi Mahasiswa Berkebutuhan Khusus.

Sampai jumpa di seminar berikutnya. Salam inklusi!

 

Annisa Dwi Rachmawati & Juanita Putrianawati (Student Advisory & Support Center)