Belajar Mengenai Kampanye dengan Media Sosial Bersama KONEKIN (Koneksi Indonesia Inklusif)

Dalam rangka mendukung tujuan BINUS University sebagai universitas yang menuju ke arah inklusif, Disability Services tidak cukup hanya melayani mahasiswa disabilitas dengan setara saja namun juga penting untuk mendorong terbangunnya lingkungan sosial yang inklusif sehingga seluruh mahasiswa BINUS University terbiasa memperlakukan siapapun dengan setara. Oleh karenanya SASC bekerjasama dengan KONEKIN (Koneksi Indonesia Inklusif) untuk mengadakan kegiatan yang bertujuan membangun awareness dan kesadaran mahasiswa mengenai isu disabilitas.

(photo source : KONEKIN Instagram)

KONEKIN adalah sebuah organisasi yang dibentuk dengan tujuan mengedukasi masyarakat akan isu disabilitas untuk membangun kesadaran akan lingkungan inklusif dan mendorong pemberdayaan individu disabilitas. Dengan visi penyandang disabilitas dapat diikutsertakan dalam masyarakat secara setara, dihormati dan dipenuhi hak-haknya, KONEKIN menjembatani kebutuhan penyandang disabilitas dengan berbagai peluang dengan memperkuat kolaborasi bersama para pemangku kepentingan untuk #MenujuIndonesiaInklusif. Konekin telah bekerjasama dengan berbagai institusi dan organisasi pemerintahan di berbagai propinsi di Indonesia baik yang berkecimpung di dalam isu disabilitas maupun non-disabilitas. Informasi mengenai kegiatan yang telah dilakukan oleh KONEKIN dapat dilihat melalui Instagram KONEKIN @konekinindonesia.

Pada salah satu kegiatan yang SASC adakan bersama KONEKIN yaitu seminar Social Media for Social Change: an Inclusive Way to Raise Social Awareness, mahasiswa diajak oleh Kak Ariek Dimas sebagai Social Media Officer KONEKIN serta Kak Angela Oscario sebagai Deputy Head of Creative Advertising Program untuk memanfaatkan media sosial yang dipunya untuk aktivitas positif yaitu kampanye sosial. Di seminar ini dikupas tuntas mengenai bagaimana kampanye sosial sebenarnya bisa dimulai dengan konten sederhana di media sosial kita yang mengangkat tema yang meningkatkan awareness pengikut media sosial kita akan isu penting seperti disabilitas dan kesehatan mental.

Kak Ariek Dimas memulai dengan menggunakan KONEKIN sebagai sebuah contoh nyata dari sebuah platform sosial yang secara spesifik dibangun untuk membahas mengenai isu disabilitas. KONEKIN menggunakan media sosial untuk mendorong terbentuknya ekosistem inklusif di Indonesia melalui penyebaran informasi, dan peningkatan partisipasi teman disabilitas di ruang publik serta penciptaan kolaborasi lintas sektor. Di Indonesia terdapat 23 juta penduduk yang merupakan penyandang disabilitas atau sekita 8-10% dari total penduduk Indonesia. Kelompok disabilitas merupakan kelompok yang heterogen, dan hingga saat saat ini masih ditemukan banyak isu mengenai disabilitas yang perlu diangkat, di antaranya:

1. Pendataan yang Kurang
Walaupun menurut Badan Pusat Statistik tahun 2020 sudah terdata sebanyak 23 juta jiwa penduduk Indonesia adalah teman disabilitas, namun data lengkap seperti nama dan alamat tempat tinggal belum terdata secara lengkap, sehingga jika pemerintah ingin memberikan bantuan atau pelatihan, hal tersebut belum bisa disalurkan secara tepat.

2. Stigma dan Diskriminasi
Masih adanya anggapan dari sebagian Masyarakat bahwa disabilitas merupakan sebuah kutukan atau sebuah penyakit menular, atau keadaan yang tidak normal, sehingga harus dijauhi oleh masyarakat.

3. Isu Pendidikan dan Pekerjaan
jumlah penyandang disabilitas yang mendapatkan pendidikan layak masih sangat minim. Masih banyak lembaga pendidikan yang belum memahami cara menangani teman-teman yang memiliki kendala dalam belajar, dyslexia atau gangguan membaca, sehingga dianggap tidak memiliki kemampuan setara dengan teman-teman lainnya. Kemudian dalam bidang pekerjaan, masih banyak perusahaan yang belum memahami bahwa pekerjaan merupakan hak azasi teman disabilitas, sehingga mereka menolak teman disabilitas untuk bekerja di perusahan mereka.

4. Kesetaraan Akomodasi
Masih kurangnya faslilitas publik yang ramah terhadap keberadaan teman disabilitas.

Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa Indonesia belum inklusif. Inklusif artinya terbuka bagi semua kalangan masyarakat. Inklusif bagi teman disabilitas artinya adalah mengajak teman disabilitas untuk ikut berpartisipasi aktif di dalam lingkaran sosial. Aktif berpartisipasi artinya juga melibatkan teman disabilitas sebagai penentu kebijakan di dalam kelompok sosial.

Media sosial adalah media yang penting untuk membangun kesadaran sosial dari Masyarakat. Diperkuat dengan data dari Global Digital Report, pada tahun 2021, sebanyak 4.2 miliar penduduk di dunia sudah menggunakan media sosial dan setiap harinya terdapat 1 juta orang yang menggunakan media sosial untuk pertama kalinya. Media sosial dapat digunakan untuk mendistribusikan hasil penelitian dan berinteraksi dengan pemangku kebijakan, seperti pemerintah. Media sosial juga berguna untuk membangun personal branding dan mengumpulkan pengikut, sehingga pesan yang ingin disampaikan bisa tersalurkan kepada masyarakat luas.

Kak Ariek memberikan 5 Tips Berkampanye Melalui Media Sosial:

1. Menentukan Target
Target dan tujuan harus ditentukan dengan jelas agar tidak terjadi ketidaksesuaian dalam sasaran penyaluran informasi melalui media sosial.

2. Pesan
Pesan yang disampaikan perlu merupakan pesan yang kuat

3. Moment
Setiap moment tidak datang dua kali. Sehingga moment yang ada perlu dimanfaatkan dengan tepat.

4. Media
Media yang dipilih perlu media yang sesuai dan sudah bisa digunakan dengan baik.

5. Kolaborasi
Kita bisa bekerjasama dengan pihak/orang lain yang mungkin memiliki pengalaman lebih dahulu dibandingkan dengan kita, seperti pemerintah, Lembaga Sosial Masyarakat, public figure, content creator, dsb.

Kak Ariek juga menjelaskan mengenai audiens sebagai sebuah kunci keberhasilan sebuah kampanye. Memiliki pengetahuan yang komprehensif mengenai perilaku online dari audiens yang menjadi target adalah hal yang penting. Semakin jelas kita menentukan target audiens kita, maka kampanye yang direncanakan akan semakin jelas dan semakin efektif. Tidak hanya karakteristik, kebutuhan dari audiens juga perlu kita ketahui. Hal ini dapat dimulai dengan mendeskripsikan masalah apa yang biasanya terjadi pada audiens kita, cari akar masalahnya dan tentukan solusinya. Solusi ini yang akan kita jadikan sebagai tujuan dan menspesifikkan demografi audiens kita seperti jenis kelamin, umur, lokasi, atau tingkat pendidikan. Setelah temukan target audiens dan demografi mereka, kita tentukan juga target pembahasan yang sesuai dengan audiens target kita tersebut (niche). Niche yang layak diangkat adalah niche yang spesifik. Semakin spesifik niche yang kita bahas, maka tujuan yang dibuat kemungkinan lebih besar untuk bisa tercapai.

Kak Ariek kemudian menjelaskan mengenai alur pembuatan kampanye sosial melalui media sosial. Dimana terlebih dahulu kita 1.) melihat kondisi aktual atas isu yang akan kita angkat (misal : apa stigma yang beredar di Masyarakat mengenai teman disabilitas), lalu kita cari apa penyebab timbulnya stigma tersebut dan kelompok mana yang menganut stigma tersebut, 2) menentukan khalayak target yang tepat dijadikan sasaran untuk mencapai tujuan dari kampanye tersebut. 3) menentukan dampak/output yang diharapkan dari kampanye yang kita lakukan, 4) menentukan target kerja yaitu apa target yang mau dicapai untuk melihat bahwa dampak kampanye kita dapat dirasakan oleh audiens, 5) narasi Inti dari pesan yang dibuat, dimana kita menentukan cerita, sudut pandang seperti apa yang ingin diangkat pada kampanye kita. Beberapa contoh dari kegiatan di media sosial yang merupakan sebuah bentuk kampanye sosial adalah dokumentasi kegiatan sosial yang sudah dilakukan atau akan diadakan, membuat konten kerjasama untuk suatu tujuan sosial, atau petisi yang mewakili sebuah kepentingan atau pernyataan.

Terakhir Kak Ariek menjelaskan mengenai beberapa indikator yang dapat kita lihat untuk mengetahui sejauh mana kampanye sosial di media sosial kita berdampak. Indikator tersebut adalah jumlah like, comment, share dan followers setelah konten tersebut dibagikan. Jumlah like menunjukkan jumlah orang yang menyukai konten kita. Jumlah orang yang memberikan comment menggambarkan jumlah orang yang ingin berinteraksi dan menyuarakan pendapatnya terhadap konten kita. Jumlah share menunjukkan jumlah orang yang merasa bahwa konten yang dibuat merupakan konten yang bermanfaat bagi orang lain, sehingga ingin mereka sebar. Jumlah followers yang bertambah menunjukkan jumlah orang yang menyukai akun yang digunakan untuk berkampanye. Jumlah akun reach menunjukkan jumlah akun yang melihat konten yang dibuat.

Materi berlanjut dengan penjelasan Kak Angel mengenai kreativitas dan desain. Kak Angel menjelaskan bahwa di zaman sekarang ini kita bisa memiliki suara dan membuat perubahan melalui media sosial. Disaat kita membagikan sesuatu via media sosial kita, sebenarnya kita sedang berbagi cerita kepada orang lain. Media sosial merupakan kekuatan yang sangat besar untuk membuat pesan kita sampai. Lalu bagaimana caranya agar cerita kita bisa menarik perhatian dan didengarkan orang lain? Yaitu dengan 2 prinsip yaitu konsisten dalam bercerita dan berani melakukan trial and error. Dimana kita membuat waktu yang rutin untuk membagikan konten, dan mengevaluasi konten mana yang berhasil dan bisa dilanjutkan, serta konten mana yang tidak mendapatkan perhatian lebih. Ketika terus mencoba, hal yang penting adalah kita tidak kehilangan kreativitas kita. Kreativitas adalah hal yang bisa ditumbuhkan dan perlu dipupuk terus menerus.

 

Kak Angel menyampaikan beberapa prinsip penting yang harus diperhatikan dalam menyampaikan sebuah cerita agar menarik, yaitu:

1. Sudut Pandang
Dalam menyampaikan pesan yang sudah kita tentukan, sudut pandang yang berbeda dapat membantu dalam menyelami cerita tersebut. Bisa dari pihak yang menyampaikan cerita atau sudut pandang pertama; saya atau kita, kedua/kamu, atau ketiga/dia yang datang dari cerita tersebut. Sudut pandang disesuaikan dengan konsep pesan

2. Empati
Adalah sebuah cara kita bisa menemukan sudut pandang yang tepat, yaitu dengan menempatkan diri pada situasi yang dirasakan oleh orang yang mengalaminya. Kita memiliki sudut padang dari semua pihak yang terlibat atau memiliki kepentingan dalam situasi tersebut. Ketika kita mencoba menyediakan konten dari sudut pandang lain, secara tidak langsung kita memutuskan rantai Dalam hal ini, diperlukan kedewasaan cara berpikir, kedewasaan cara sudut pandang.

3. Riset
Kita tidak bisa berempati tanpa memiliki pengetahuan dan ide, dimana ini dapat muncul apabila kita melakukan riset seperti membaca artikel, mengobrol dengan orang lain, sehingga kita akan memiliki sudut pandang yang luas.

4. Daily Exercise
Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk terbiasa bercerita dari berbagai sudut padang dengan melakukan latihan harian. Kita bisa berlatih dari hal yang sederhana, misalnya menceritakan pengalaman makan siang. Sudut pandang yang kita pakai bisa dari sudut pandang orang yang membuatkan makanan, misalnya ibu kita, lalat yang hinggap di meja makan kita, dan pihak lainnya yang terlibat dalam situasi tersebut.

5. Menghubungkan 2 Hal yang Tampaknya Tidak Berhubungan Menjadi Hal yang Berhubungan
Ketika melakukan ini, kita mencari persamaan antara dua hal yang tidak berhubungan tersebut lalu membuat ceritanya. Agar bisa melakukan hal tersebut dan menjadi kreatif, kita membutuhkan pengetahuan yang luas dengan banyak membaca dan mengobrol dengan orang lain, sehingga dari hal yang kita dengarkan kita banyak mengetahui hal-hal baru. Hal penting lainnya yang perlu dilakukan adalah kita berani mencoba. Guna melatih kreativitas, kita bisa mencoba memilih dua kata yang tidak berhubungan, lalu kita membuat cerita dari hal tersebut. Misalnya menghubungkan antara isu food waste dengan mantan, dimana perilaku food waste tersebut dianalogikan seperti mantan yang sudah tidak terpakai, basi, dan akhirnya dibuang.

6. Ide
Ketika membuat ide atau pesan menjadi sebuah cerita, jangan cepat puas dengan satu ide, tetapi kita mencoba menghubungkan menjadi berbagai cerita, kemudian memilih cerita yang paling jelas dan kemudian siap untuk dibuat menjadi sebuah konten. Walaupun jumlah like dan repost merupakan hal yang penting untuk mengetahui seberapa besar dampak dari konten yang kita buat untuk para audiens, namun hal yang perlu diingat adalah tujuan awal kita membuat konten tersebut.

7. Plagiarism dan Copyright
Pada era digital, banyak gambar, suara, footage video yang mudah sekali diakses, hal yang perlu diingat adalah semua hal tersebut tidak bisa digunakan secara gratis. Walaupun bebas diakses, bukan berarti hal tersebut bebas untuk digunakan. Kita perlu mengecek hal cipta, hak guna, dan kondisinya karena hal tersebut berhubungan dengan etika. Berikut adalah contoh keterangan penggunaan sumber yang perlu kita ketahui lebih dahulu sebelum menggunakannya: free to use or share, Free to use or share, even commercially, Free to use share or modify, Free to use, share or modify, even commercially, Commercial and non-commercial purposes, Free for personal use, Free for non commercial use, atau 100% free to use.

Semua penjelasan di atas merupakan sebuah poin penting yang perlu kita perhatikan bila hendak membuat kampanye sosial dengan media sosial. Jangan lupa untuk perhatikan sumbernya agar tidak melanggar hak hak orang lain, terutama pihak yang menciptakan konten tersebut.

Nah, buat kamu yang kemarin ini sudah hadir di salah satu kegiatan SASC x KONEKIN ini, terimakasih banyak untuk partisipasinya. Semoga dari apa yang sudah disampaikan bisa melekat di hati dan pikiranmu dalam upayamu mendukung terciptanya lingkungan inklusif di BINUS University. Buat kamu yang belum sempat ikutan, simak terus info kegiatan kami di Instagram @sascbinusuniv yaaa.. Salam Inklusi!

Disability Services SASC @Kemanggisan Campus