Kamu Mengalami Toxic Relationship? Ada “Penawarnya” Loh!
“Aku engga suka ya kamu punya teman cowok!”
“Apapun yang terjadi sama kita, pokoknya selalu kamu yang buat kesalahan!”
“Kamu harus nurut sama yang aku bilang!”
Binusian mungkin ada yang familiar dengan perkataan tersebut? mungkin ada yang mengalami atau ada orang terdekat yang mengalaminya? Sebagian Binusian tentu sudah mengetahui ya contoh tersebut merupakan bentuk dari Toxic Relationship.
Toxic Relationship adalah ketika hubungan yang dijalani tidak lagi menyenangkan dan tidak membuat aman bagi diri sendiri ataupun orang lain. Hubungan ini akan membuat kamu yang merasa lebih buruk. Sebenarnya, ketika kamu mulai memasuki Toxic Relationship itu sudah ada tanda-tandanya loh, namun banyak dari kita kurang menyadari tanda-tanda tersebut karena memang tidak mudah untuk mengenali dan mengakui bahwa kamu berada di Toxic Relationship. Nah berikut adalah tanda-tanda kamu sudah masuk dalam Toxic Relationship:
- Sering berbohong dengan pasangan
- Tidak pernah menyelesaikan permasalahan yang terjadi
- Tidak mau mengakui kesalahan
- Berperilaku manipulatif seperti memafaatkan pasangan untuk keuntungan diri sendiri
- Melakukan segala bentuk kekerasan (kekerasan fisik, emosional ataupun seksual)
- Tidak mau memaafkan
- Selalu menyalahkan orang lain.
Toxic Relationship seringkali terjadi karena akibat dari masalah yang sudah berlangsung lama atau sebagai akibat dari masalah yang belum pernah terselesaikan dengan baik, sehingga masalah yang terjadi terus menerus dibahas tanpa ada jalan keluar. Jika kamu telah mengalami secara terus menerus tanda-tanda Toxic Relationship, baiknya kamu mulai mempertanyakan apakah memang hubungan yang kamu jalani ini masih mungkin untuk diperbaiki atau tidak. Sebenarnya, setiap pasangan sangat wajar berharap hubungannya dapat terus berjalan meskipun seringkali ada konflik yang tidak terselesaikan.
Apakah memang Toxic Relationsip ada “penawarnya”? Tentu ada, namun butuh waktu dan kesabaran, serta harus didasari oleh kesadaran dari kedua belah pihak, tidak bisa hanya dari satu pihak saja. Berikut ini ada beberapa cara sebagai penawar dari Toxic Relationship:
1. Pahami Apakah Hubunganmu Memang Benar Dapat Diperbaiki
Pada saat kamu mulai menyadari kamu berada dihubungan Toxic Relationship, sadari apakah memang hubungan yang kamu jalani ini memang masih dapat diperbaiki atau tidak. Hubungan Toxic Relationship hanya dapat diubah jika kedua pasangan berkomitmen untuk keluar dari kondisi tersebut dengan komunikasi secara terbuka, jujur, masing-masing melakukan refleksi diri. Karena dalam proses mengubah ke hubungan yang sehat, keduanya perlu memeriksa dan berdiskusi kembali tindakan apa saja yang sudah dilakukan untuk mengubah hubungan yang toxic menjadi hubungan yang sehat. Jika dalam prosesnya kamu melihat tidak ada peningkatan kualitas hubungan dan salah satu dari pasangan masih tidak menunjukkan komitmen untuk berubah, maka silakan kamu langsung baca ke poin terakhir (nomor 5) ya!
2. Perhatikan 4M (Menuduh, Menyalahkan, Menuntut, dan Mengkritik)
Kita dapat mengenali terlebih dahulu ciri khas dari Toxic Relationship dengan 4 M yaitu menuduh, meyalahkan, menuntut dan mengkritik pasangan. Jika perilaku ini masih sering terjadi, maka kamu perlu membicarakannya dengan pasanganmu mengenai hal tersebut agar dapat bekerja sama mengakhiri siklus 4M tersebut. Ketika kamu menyadari kamu memiliki salah satu perilaku tersebut, maka sadari bagaimana setiap argumen dapat meningkatkan terjadinya Toxic Relationship. Dengan menyadari penyebab 4M, ini sangat membantu mengingatkanmu bahwa kita sedang tidak ingin “menang” dari pasangan, tetapi sedang berjuang bersama dalam menghadapi masalah komunikasi yang terjadi.
3. Cobalah untuk Lebih Asertif
Dalam Toxic Relationship, banyak dari mereka seperti sedang berjalan di atas pecahan kaca, maksudnya sangat berhati-hati dalam mengungkapkan yang dirasakan demi menghindari amarah dari pasangan. Jika kamu merasa cemas mengkomunikasikan sesuatu ke pasangan karena takut akan responnya, mohon diingat bahwa dalam suatu hubungan sangat penting untuk kita nyaman dan menjadi diri kita sendiri dalam menyampaikan yang kamu rasakan. Misalnya kamu ungkapkan langsung perasaan tidak nyamanmu ketika pacarmu selalu melarang kamu berteman dengan lawan jenis. Bisa jadi awalnya pasangan belum menyadari bahwa ketika kamu mengungkapkan yang kamu rasakan itu sebagai bentuk pemberontakkan. Namun, kamu perlu ingatkan pasanganmu kembali bahwa dia perlu memahami dengan asertif dapat membangun kembali kepercayaan dalam suatu hubungan.
4. Jangan Terburu-buru Meninggalkan Konflik Tanpa Membuat Rencana dalam Menyelesaikannya
Sangat besar kemungkinan adanya pola ketegangan emosional dan konflik yang tanpa adanya penyelesaian. Jika biasanya penyelesaian masalah dengan cara mengganti topik atau meninggalkan pasangan, kali ini disarankan untuk coba saling memahami perasan, kebutuhan dan keinginan dari pasangan tanpa menggunakan 4 M (menuduh, menyalahkan, mengkritik dan menuntut). Mulailah dengan kata “aku” bukan dengan “kamu” untuk meminimalkan terjadinya 4 M, contoh “aku sedih ketika aku tidak bisa mendapatkan kebutuhan rasa aman”. Setelahnya, sepakati bersama apa yang dapat dilakukan oleh kedua pasangan agar rencana dan keputusan yang diambil sama-sama memberikan keuntungan bagi kedua pihak.
5. Haruskah Saya Move On?
Terkadang obat itu pahit loh Binusian, sebelum obat tersebut memberikan dampak positif terhadap tubuh kita. Pada poin ini, obat pahit yang dimaksud adalah mengakhiri hubungan yang dirasa tidak kunjung memberikan suatu perubahan dalam hubungan yang dijalani. Perlu diperhatikan, apabila dalam proses memperbaiki hubungan masih sering terjadi tidak adanya komitmen, perilaku 4M masih sering terjadi, dan kedua belah pihak semakin tidak nyaman maka obat terbaiknya adalah merelakan hubungan yang dijalani sebelum racun tersebut semakin berakar dan memberikan dampak negatif yang lebih besar terhadap mental dan fisik kamu.
Setiap hubungan layak untuk diperjuangkan, namun jika suatu hubungan dirasa tidak lagi menghubungkan kamu dengan pasangan, maka sudah saatnya untuk diakhiri. Ingatlah bahwa kamu berhak untuk bahagia, berhak untuk dikasihi dan mengasihi. Hubungan yang baik akan membuatmu merasa tenang, nyaman dan membuatmu bebas menjadi diri sendiri.
Sumber:
https://greatergood.berkeley.edu/article/item/how_to_handle_a_toxic_relationship
https://www.healthline.com/health/toxic-relationship#recognizing-abuse
Sumber Gambar:
https://www.relrules.com/wp-content/uploads/2020/07/how-to-fix-a-toxic-relationship.jpg
https://www.pngkey.com/png/full/421-4216842_break-up-cartoon-breakup-png-transparent.png