Seminar “Berkarya Menembus Batas”

Dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional yang berlangsung pada 3 Desember, Disability Services dari Student Advisory and Support Center (SASC) Kemanggisan mengadakan sebuah acara seminar dengan judul Berkarya Menembus Batas. Seminar ini membahas mengenai kesulitan yang dialami lulusan universitas dan terutama rekan disabilitas dalam mencari pekerjaan. Mengenai stigma negatif yang dialami, serta bagaimana akhirnya para tokoh disabilitas ini melakukan perjalanan panjang menembus batasan tersebut, menemukan karir dan bisnis yang tidak hanya mewujudkan mimpi mereka tetapi juga membantu rekan disabilitas dan kaum marjinal yang lain.

Disability Services mengundang dua orang tokoh disabilitas yang berhasil melakukan hal tersebut, yaitu Nicky Claraentia, S.Psi., MBA dan Putri Sampaghita Trisnawinny Santoso, S.Sn. Kegiatan ini mengundang narasumber dan para peserta yang  juga merupakan Teman Tuli, maka dalam seminar ini juga menyediakan juru bahasa isyarat (JBI) untuk membantu mengartikan percakapan dan informasi dari suara ke dalam bahasa isyarat, atau pun sebaliknya. Pembukaan dibawakan oleh Kak Berlian Damenia Manuella, M. Psi., Psikolog yang juga berperan sebagai moderator yang dilanjutkan dengan sambutan diberikan oleh Kak Ria Devita DJS, M.Psi., Psikolog yang merupakan manager SASC.

Sesi pertama dibuka dengan sharing dari Kak Nicky Clara seorang Teman Daksa yang merupakan seorang sociopreneur. Sociopreneur adalah bagian dari entrepreneur yang berfokus terhadap nilai-nilai sosial, dimana ia aktif di tiga social enterprise, yaitu Thisable sebagai CFO, Tenoon sebagai COO, dan juga Founder Berdaya Bareng. Ketiganya adalah social enterprise yang berfokus pada disabilitas dan kaum marjinal. Kak Nicky menjelaskan mengenai berkarya sebagai seorang sociopreneur dan bagaimana mengembangkan kepemimpinan di dalam diri.

It’s start with WHY and DREAM” adalah pertanyaan yang menurut Kak Nicky harus ditanyakan kepada diri sendiri apabila kita ingin menjadi seorang sociopreneur, menurut Kak Nicky harus ada tujuan yang jelas mengapa bisnis itu penting untuk dibuat, siapa pihak yang akan terbantu dan diuntungkan dari sana. Semua aspek sosial ini yang menjadi faktor WHY yang kuat. Kemudian dalam berkarya sebagai sociopreneur, menurut Kak Nicky kita perlu memahami dengan baik bisnis tersebut. Kak Nicky menyampaikan beberapa teori mengenai understanding yang dapat digunakan untuk menentukan arah bisnis kita untuk membantu komunitas apa. Pada saat kita ingin menemukan komunitas yang kita tuju, kita perlu mengetahui kebutuhan dari komunitas tersebut. Ketika kita mampu menjawab kebutuhan market atau komunitas kita, disitulah akhirnya kita memahami siapa target dari usaha kita.

Sebagai millennials, kita memiliki keunggulan 3C, yaitu connected, yakni mampu untuk berhubungan dengan social media dan orang lain, confidence, yakni memiliki kepercayaan diri dan creative. Hal ini adalah hal yang perlu dimanfaatkan dan dimaksimalkan untuk bekerja dan berkarya. Kak Nicky juga menyampaikan bahwa kita butuh untuk mencari “Ikigai” kita. Ikigai merupakan salah satu konsep dari Jepang yang tidak hanya berbicara mengenai passion, tetapi juga mission dan vocation. Bagaimana kita tidak hanya menemukan apa hal yang kita sukai, tetapi kita juga harus mampu melakukannya dengan baik, serta dapat menghasilkan dan menjadi kebutuhan yang dicari orang lain. Jika kita menemukan Ikigai kita, maka hal itu merupakan hal yang sangat disyukuri. Lalu Kak Nicky juga menjelaskan mengenai konsep “Kaizen”, yaitu adalah keinginan untuk terus berkembang dan belajar hal baru serta melakukan inovasi. Hal ini penting karena seringkali kita membandingkan diri dengan pencapaian orang lain dan membuat tidak percaya diri. Apabila kita terus berkembang dengan moto Kaizen itu, kita tidak perlu merasa tidak nyaman dengan pencapaian orang lain.

Sebagai pebisnis, penting juga membangun kepemimpinan diri. Sebuah prinsip yang Kak Nicky tekankan adalah “leader is about to take a decision”, dimana menjelaskan bahwa sebelum kita mengambil keputusan untuk memimpin sebuah tim, kita perlu mengambil keputusan bagi diri kita sendiri, karena kita adalah pemimpin bagi diri kita sendiri. Dimanapun kita berkarya dan apapun keterbatasan kita, disabilitas adalah persepsi. Keterbatasan hanyalah pola pikir. Jika kita menganggap bahwa kita lemah di bidang yang sedang kita tekuni, hal tersebut adalah pola pikir yang perlu dipatahkan. Apapun keputusan teman-teman, perlu diambil dan dijalankan, serta meyakini bahwa tidak ada keterbatasan yang mengalami kita. Jika kita merasa memiliki kekurangan dan keterbatasan di berbagai hal, pola pikir seperti itulah yang perlu kita atasi terlebih dahulu. Jangan sampai hal ini menghalangi kita untuk maju.

Sesi kedua diisi oleh cerita dari Kak Putri, seorang Teman Tuli yang juga merupakan alumni Binus University dari jurusan DKV New Media. Beliau bersama dua rekan tulinya membangun bisnis coffee shop bernama Kopi Tuli. Berangkat dari masalah yang dialami oleh Kak Putri dan Teman Tuli lainnya – salah satunya pendiri Kopi Tuli lainnya yaitu Mohammad Adhika Prakoso yang juga lulusan Binus University – dimana setelah lulus sebagai sarjana dan melamar sekitar 200 perusahaan ia terus ditolak. Kak Putri sendiri sudah melamar kepada sekitar 500 perusahaan tetapi mengalami hal yang sama dengan Adhika, yaitu tidak diterima karena hambatan komunikasi. Kak Putri dan teman-temannya kemudian memutuskan menjadi solusi bagi problem ini, sekaligus membuktikan diri kepada masyarakat bahwa Teman Tuli bisa membuka sebuah usaha dan bisa memberdayakan sesama Teman Tuli. Kak Putri dan Adhika mengajak salah satu teman mereka yang juga merupakan Teman Tuli bernama Erwin, yang ketika ia lulus dari Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Jakarta bersama-sama mereka mendirikan Kopi Tuli.

Kopi Tuli pertama kali didirikan di Limo, Depok pada tanggal 12 Mei 2018. Kemudian pada tanggal 14 Oktober 2019 didirikan di Duren Tiga, Jakarta. Namun, dengan adanya pandemic covid-19, tempat tertutup harus tutup. Namun, teman-teman di Kopi Tuli tidak pernah menyerah dan mereka mencari cara untuk menemukan tempat yang inklusif antara teman Tuli dan teman Dengar, yakni dengan cara berkolaborasi dengan sebuah kafe yang bernama Setapak Rasa. Akhirnya, pada tanggal 18 Agustus 2020, akhirnya Kopi Tuli dibuka pada tanggal 18 Agustus di Beji, Depok.

Kopi Tuli sendiri merupakan sebuah usaha kedai kopi yang semua pendiri maupun karyawannya merupakan Teman Tuli. Alasan semua karyawan di Kopi Tuli harus merupakan Teman Tuli karena Kak Putri, Kak Adhika, dan Kak Erwin ingin membuktikan bahwa Teman Tuli bisa bekerja, mulai dari hal yang sederhana, seperti kasir, hingga pelayanan, bisa berinteraksi, sehingga pada saat para customer pertama kali datang, mereka bisa merasakan pengalaman berinteraksi dengan Teman Tuli. Namun ada satu hal keunikan Kopi Tuli yaitu suasana yang sangat berbeda dengan kafe lainnya, dengan tidak adanya musik dan wifi. Alasannya adalah mereka ingin menciptakan suasana yang hening dan sangat fokus. Pelayanan juga dilakukan oleh Teman-teman Tuli agar Teman Tuli merasa percaya diri hingga mereka bisa lebih bersemangat dan tidak merasa minder, karena banyak Teman Tuli merasa malu untuk berkomunikasi dengan teman dengar dan memiliki persepsi negative bahwa mereka tidak akan bisa terkoneksi dengan teman dengar.

Tagline dari Kopi Tuli adalah “Rasa Satukan Kita”. Alasan dipilihnya tagline tersebut adalah terkadang kita yang datang ke Kopi Tuli, pasti berinteraksi di sana, seperti disatukan oleh sebuah rasa (adanya interaksi, satu sama lain dari hati). Itulah mengapa pendiri Kopi Tuli ingin menimbulkan rasa tersebut dengan rasa kekeluargaan yang tentunya sangat berbeda dengan kafe lain. Contohnya ketika tamu datang, mereka akan mendapatkan pengalaman yang sangat baru, yaitu mengenal dan belajar menggunakan bahasa isyarat. Di Kopi Tuli saat kita hendak memesan minuman yang kita pilih, karena setiap menu diinformasikan dengan bahasa isyarat yang mewakilinya maka pelanggan harus memeragakan isyarat tersebut kepada kasir. Kak Putri juga menyampaikan alasan memilih kopi adalah karena kopi merupakan salah satu media komunikasi. Hal penting adalah kita perlu yakin terlebih dahulu, karena kopi memiliki cerita dan merupakan wadah interaksi antara Teman Tuli dan teman dengar. Teman Tuli dan teman dengar bisa saling berbagi cerita, melakukan diskusi, dan mendapatkan interaksi sambil meminum kopi. Selain itu, kopi juga disukai bukan hanya oleh kalangan anak muda, tetapi juga orang tua. Walaupun ada yang pahit, tetapi juga ada yang rasanya manis.

Bagi Kak Putri dan rekan-rekan pendiri Kopi Tuli, tujuan utama dari pendirian Kopi Tuli adalah untuk pendidikan, lingkungan, dan kemanusiaan. Dalam hal pendidikan, yaitu untuk menjembatani komunikasi dan mensosialisasikan bahasa isyarat antara teman Tuli dan teman Dengar. Dari segi lingkungan, Kopi Tuli ingin meningkatkan ruang interaksi antara teman Tuli dan teman Dengar, serta membangun awareness. Sedangkan, dari sisi kemanusiaan, Kopi Tuli ingin merangkul teman-teman Tuli agar mencapai kemandirian diri dan ekonomi. Kopi Tuli memiliki rumus 3T, yaitu talent, Tuli, dan terampil. Berkaitan dengan kemandirian ekonomi, Kopi Tuli melibatkan lebih banyak teman Tuli untuk bisa bekerja disana. Dimana teman Tuli diberikan pelatihan terlebih dahulu, untuk bisa menjadi sumber daya manusia yang lebih siap kerja, karena di awal pendirian Kopi Tuli masih bayak Teman Tuli yang tidak paham. Bahkan sekarang banyak teman Tuli yang sudah sukses dari Kopi Tuli dan bahkan sudah punya sertifikat barista.

Selain sumber daya manusia yang baik, Kak Putri dan teman Tuli pendiri Kopi Tuli melakukan riset dan eksperimen mendalam sebelum mendirikan kafe ini. Selama 210 hari, Kak Putri dan rekannya terus menerus melakukan riset dan eksperimen untuk menemukan kopi yang ideal dan sesuai dengan tagline, tidak hanya di Jakarta, bahkan sampai ke Bandung. Kopi Tuli memiliki prinsip 4C dalam menjalankan bisnisnya, pertama adalah communication, kedua adalah critical thinking, ketiga creative, dan keempat adalah collaborative. Salah satu contoh dari penerapan collaborative ialah kerja sama dengan Education New Zealand, yang merupakan sebuah program bagaimana Kopi Tuli datang ke sekolah sekolah (Koptul Goes to School). Tujuannya adalah untuk melakukan sosialisasi bahasa isyarat dan juga membangun kesadaran, sehingga mereka bisa membangun komunikasi, khususnya kepada anak-anak SMA untuk mengetahui cara berkomunikasi dengan teman Tuli. Dimana di kesempatan ini Kak Putri juga menyampaikan cara berkomunikasi dengan teman Tuli, yaitu dengan bahasa isyarat, tulisan kertas/note, verbal/gerak bibir, dan juga video call. Di masa pandemic seperti sekarang dan orang menggunakan masker, teman Tuli merasakan kesulitan dalam membaca bibir, oleh karenanya kita bisa berkomunikasi dengan teman Tuli menggunakan tulisan atau dengan bahasa isyarat.

Setelah Kak Nicky dan Kak Putri menyampaikan materi, cukup banyak Binusian yang mengajukan pertanyaan dan beberapa di antaranya adalah teman Tuli. Secara bergantian, pertanyaan pun diberikan dan dijawab oleh Kak Nicky dan Kak Putri. Salah satu pertanyaannya terkait tempat belajar bahasa isyarat. Mas Fajrus sebagai salah satu Juru Bahasa Isyarat (JBI) pun menyampaikan jawaban yang diberikan oleh Kak Putri. Kak Putri menyampaikan bahwa Kopi Tuli sebelumnya membuka kelas bahasa isyarat di cabang Duren Tiga. Namun, setelah cabang Duren Tiga tutup, maka bagi yang ingin belajar bahasa isyarat bisa datang ke Depok atau mengikuti zoom class. Lebih detil mengenai info belajar bahasa isyarat, Binusian bisa melihatnya di Instagram Pusbisindo (Pusat Studi Bahasa Isyarat). Di akhir acara, Kak Berlian menyampaikan bahwa disabilitas bukan menjadi batas dalam berkarya, justru kita harus berkarya menembus batas, apapun batasan kita, tidak mesti selalu disabilitas. Seperti yang disampaikan oleh Kak Nicky dan Kak Putri bahwa pasti ada masalah yang dihadapi, namun segala sesuatunya pasti bisa dilalui, selangkah demi selangkah.