SASC: Inspirational People: Jendi Panggabean

Hai Binusian, Inspirational People kembali lagi dengan postingan seru tentang tokoh-tokoh yang menginspirasi. Kali ini dalam rangka Hari Kemerdekaan Indonesia, Inspirational People ingin membahas mengenai atlet disabilitas Indonesia yang prestasinya telah mendunia. Nah, kalian tahukah siapa dia yang wajahnya terpampang di billboard raksasa dan baliho-baliho Asian Para Games 2018?


Yup, dia adalah Jendi Pangabean, atlet nasional paralympic Indonesia yang menjuarai cabang paraswimming di berbagai kompetisi internasional. Sudah banyak medali emas yang Jendi sumbangkan untuk Indonesia. Bagaimana kisah dan perjuangannya mencapai prestasinya ini, yuk kita simak postingan berikut ini.

Pada tanggal 10 Juli 1991, Jendi terlahir dengan tubuh yang normal. Namun ketika berusia 12 tahun, ia mengalami kecelakaan motor yang menyebabkan kaki kirinya diamputasi dari pangkal paha. Awalnya Jendi merasa tidak memiliki masalah dengan hanya memiliki satu kaki, karena ia berpikir bahwa saat bisa menggunakan kaki palsu.

Hingga lulus SMP, ia baru menyadari bahwa tidak mudah untuk diterima di masyarakat dengan kondisi tersebut. Belum lagi kondisi orangtuanya yang semakin terpukul. Hal ini membuatnya menjadi tidak percaya diri saat hendak duduk di bangku SMA.

Kesadaran akan masa depan Jendi membuatnya termotivasi, karena ingin memberikan yang terbaik untuknya dan orang-orang di sekitarya (sport.detik.com, 2018). Meskipun merupakan individu difabel, Jendi mendapat kesempatan untuk menekuni bidang renang yang merupakan hobinya sejak kecil.

 


Dalam menekuni olah raga renang, ia pun digabungkan dengan orang lain yang bukan merupakan individu difabel. Berkat ketekunannya, Jendi meraih berbagai prestasi sebagai para swimmer. Ia pun mendapatkan kehormatan sebagai penyulut obor pada pembukaan Asian Para Games 2018 lalu.

Oleh karena prestasi yang telah diraihnya, sebuah komik web bernama Ciayo Comic membuat sebuah cerita mengenai pengalaman Jendi (bisa dibaca di : https://www.ciayo.com/id/comic/jendi). Saat ini, Jendi juga sudah diangkat menjadi pegawai Dinas Pemuda dan Olahraga di Sumatera Selatan, meskipun masih merupakan pekerja honorer.


Terinspirasi oleh kisah hidup Jendi, kita dapat belajar bahwa setiap individu baik difabel ataupun tidak adalah sosok yang unik, dengan kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Seberapa cepat kita mengenali kekurangan kita, dan seberapa besar kemauan kita untuk berubah menjadi lebih baik itulah yang membedakan keberhasilan masing-masing.

Jendi membuktikan bahwa individu difabel pun bisa berkarya dan menjadi atlet yang berprestasi dan membanggakan Indonesia. Kita bisa belajar dari semangat Jendi untuk terus memacu diri kita menjadi individu yang lebih baik. Dengan cara kita masing-masing sebagai generasi muda, kita yang akan meneruskan perjuangan para pahlawan kemerdekaan dengan mengembangkan, memajukan dan membuat prestasi Indonesia menggema di kancah dunia. Dirgahayu Republik Indonesia yang ke-74!