Pemberdayaan dan Pengembangan Diri bagi Individu dengan Disabilitas

Pemberdayaan dan Pengembangan Diri bagi Individu dengan Disabilitas :
Project Kolaborasi TFI, Disability Servicesdan Thisable

Pada tanggal 8 dan 9 April lalu, TFI bersama tim Disability Servicessalah satu sub-unit dari Student Advisory and Support (SASC)berkontribusi dalam kegiatan yang diadakan bersama dengan Thisable. Thisable adalah sebuah kewirausahaan sosial atau perusahaan yang berfokus kepada isu sosial yang secara spesifik terkait dengan pemberdayaan dan pengembangan kompetensi teman-teman disabilitas agar dapat mandiri secara ekonomi.

Acara yang berlangsung dua hari ini merupakan prakarsa dari salah satu rekan disabilitas tuna daksa dari tim Thisable yaitu Ibu Nicky Claerentia Pratiwi. Beliau yang mengambil program singkat di Amerika Serikat bernama YSEALI (Young Southeast Asian Leaders Initiative)berkesempatan mempelajari mengenai pelayanan disabilitas langsung di Chicago, yang merupakan salah satu negara bagian yang paling ramah disabilitas di Amerika Serikat. Berkat inisiasi Bu Nicky dan Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jerod Lockhart dari kantor walikota Chicago dapat hadir berbagi mengenai bagaimana Chicago menyiapkan kota dan fasilitas publiknya untuk bisa lebih ramah disabilitas.

Kegiatan yang dibagi ke dalam dua hari ini diawali dengan kegiatan seminar dan talkshowpada tanggal 8 April mengenai “Inclusive Readiness in Education and Work” yang diberikan kepada teman-teman netra di Panti Sosial Tan Miyat Bekasi. Seminar dibawakan oleh Jerod Lockhart menjelaskan tentang pelayanan disabilitas di Chicago dan bagaimana Indonesia bisa menyiapkan diri untuk layanan yang lebih inklusif dan tidak mendiskriminasi teman-teman disabilitas. Acara dilanjutkan dengan talkshowyang membahas mengenai pilihan yang bisa diambil teman-teman disabilitas selepas lulus sekolah. Talkshowini membahas dari dua sudut pandang yaitu mengenai peluang teman-teman netra di dunia kerja yang disampaikan oleh Fanny Evrita dari tim Thisable yang juga penyandang tuna daksa dan Jona Damanik selaku penyandang tuna netra yang berkarya dan secara aktif mengadvokasi hak-hak teman disabilitas, serta bagaimana peluang teman disabilitas melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi yang disampaikan oleh tim dari Binus University.

Tim dari Binus University sendiri terdiri dari Annisa Dwi Rachmawati, M.Psi, Psikolog selaku section head Disability Services, sub-unit dari Student Advisory & Support Center (SASC) yang melayani teman disabilitas Binus, serta dua rekan mahasiswa disabilitas yaitu Nissi Taruli Felicia dari Arsitektur yang merupakan penyandang tuna rungu, serta Arthur Laksmana Wolff dari Business Law yang merupakan penyandang tuna daksa. Saat ini Nissi sedang menjalani semester keenam, dan Arthur sedang menjalani semester keempatnya.

Teman-teman netra yang hadir terlihat antusias dan pertanyaan yang mereka sampaikan sangatlah beragam. Mulai dari bagaimana persepsi masyarakat yang masih negatif mengenai profesi masseuryang dijalani oleh teman-teman netra, sampai dengan kemungkinan jurusan apa di universitas yang bisa ditempuh oleh teman-teman netra. Nissi dan Arthur, sebagai teman disabilitas yang sedang menempuh pendidikan tinggi berbagi banyak pengalaman dan cerita yang memotivasi dan menginspirasi. Mulai dari cita-cita yang ingin mereka capai, alasan memilih universitas sebagai tempat mencari ilmu untuk mengejar mimpi, sampai dengan jatuh bangunnya kepercayaan diri saat lingkungan tidak selalu sesuai dengan rencana dan keinginan mereka.

Acara berlangsung dengan meriah, kondusif dan teman-teman netra terlihat mendapatkan banyak manfaat dari sesi sharing yang dilakukan. Tentunya hal ini terbantu dengan adanya teman-teman relawan dari TFI yang memandu teman-teman netra dan melayani mereka dengan baik.

Acara kemudian dilanjutkan pada hari kedua di tanggal 9 April 2019, dimana Jerod Lockhart bersama Ibu Nicky Claerentia Pratiwi hadir di Binus University kampus Alam Sutera untuk berbagi mengenai bagaimana Binus University sebagai institusi pendidikan dapat melayani teman-teman disabilitas. Sesi ini dihadiri rekan-rekan karyawan Binus University dari berbagai center yang banyak berinteraksi langsung dalam melayani mahasiswa.

Informasi mengenai standar infrastruktur yang sebaiknya dipenuhi untuk bisa melayani mahasiswa disabilitas, bagaimana bisa berinteraksi dan berkomunikasi yang baik dengan teman disabilitas, merupakan beberapa hal yang disampaikan Jerod secara lengkap. Begitupun mengenai program-program yang bisa membuka kesadaran publik mengenai hak-hak disabilitas.

Diharapkan melalui kegiatan ini Binus University dapat berkontribusi dalammemfasilitasi pengembangan diri para penyandang disabilitas yang sedang menjalani perkuliahan. Serta agar Binus University dapat terus berbenah diri sehingga pelayanan bagi penyandang disabilitas dapat ditingkatkan, terutama bagi teman-teman yang ingin melanjutkan pendidikannya di Binus University. Tentunya Binus University juga berharap bisa menjadi kampus yang ramah disabilitas.

Disability Services
April, 2019