AKU DAN SAHABATKU DISABILITAS

OPINI MENGENAI DISABILITAS 

 

DEFINISI DISABILITAS

 “A disability is an inability to do something that most people, with typical maturation, opportunity, or instruction, can do” (Kauffman & Hallahan, 2010)

 “Disability as the outcome of the interaction between a person with impairment and the environmental and attitudinal barriers she/he may face”

WHO

“A restriction or inability to perform an activity in the manner or within the range considered normal for a human being, mostly resulting from impairment”

PERSPEKTIF SOSIAL

Kondisi dimana hambatan dalam masyarakat yang mencegah seseorang untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat seperti atau sama dengan individu lain pada umumnya.

Jadi bisa saja, individu berkebutuhan khusus (disabilitas) tidak mampu pada suatu situasi yang tidak memiliki fasilitas yang memadai sesuai dengan kekhususannya, namun tidak pada situasi lain. Contohnya individu yang menggunakan kursi roda, bisa saja ia mengalami kesulitan untuk bepergian seorang diri tanpa adanya bantuan orang lain karena fasilitas yang tidak memadai seperti jalur khusus bagi pengguna kursi roda, dan sebagainya.

KESIMPULAN

Dari pengertian-pengertian di atas  lebih menunjukkan disabilitas sebagai hasil dari hubungan interaksi antara seseorang dengan penurunan kemampuan dengan hambatan lingkungan dan sikap yang ditemui oleh orang tersebut.

 

KATEGORI DISABILITAS

  1. Tuna Netra: individu yang mengalami gangguan daya penglihatannya, berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian
  2. Tuna Rungu: individu yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal
  3. Tuna Daksa: Tuna daksa adalah orang yang mengalami kesulitan mengoptimalkan fungsi anggota tubuhnya karena faktor bawaan sejak lahir. Gangguan yang dialami menyerang kemampuan motorik mereka. Gangguan yang terjadi mulai dari gangguan otot, tulang, sendi dan atau sistem saraf yang mengakibatkan kurang optimalnya fungsi komunikasi, mobilitas, sosialisasi dan perkembangan keutuhan pribadi.
  4. Tuna Grahita (Retardasi Mental): individu yang mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental-intelektual di bawah rata-rata, sehingga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Seseorang dikatakan tunagrahita apabila memiliki tiga indikator, yaitu: (1) keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata, (2) Ketidakmampuan dalam perilaku sosial/adaptif, dan (3) Hambatan perilaku sosial/adaptif terjadi pada usia perkembangan yaitu sampai dengan usia 18 tahun.
  5. Kesulitan Belajar: Lamban belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita. Dalam beberapa hal mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik dibanding dengan yang tunagrahita, lebih lamban dibanding dengan yang normal, mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik. Anak lamban belajar memiliki kemampuan berpikir abstrak yang rendah dibandingkan dengan anak pada umumnya. Dengan kondisi tersebut maka anak lamban belajar membutuhkan pembelajaran khusus untuk meningkatkan potensi yang dimilikinya.
  6. Anak yang berkesulitan belajar spesifik: adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus, terutama dalam hal kemampuan membaca, menulis dan berhitung atau matematika. Hal tersebut disebabkan karena faktor disfungsi neurologis, bukan disebabkan karena faktor inteligensi. Anak berkesulitan belajar spesifik dapat berupa kesulitan belajar membaca (disleksia), kesulitan belajar menulis (disgrafia), atau kesulitan belajar berhitung (diskalkulia), sedangkan mata pelajaran lain mereka tidak mengalami kesulitan yang berarti.
  7. Autistik: adalah gangguan perkembangan yang kompleks, meliputi gangguan komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas imaginatif, yang mulai tampak sebelum anak berusia tiga tahun, bahkan anak yang termasuk autisme infantil gejalanya sudah muncul sejak lahir.

 

Individu Berkebutuhan Khusus dalam Lembaga Pendidikan

Individu berkebutuhan khusus ini tentunya memiliki hak hidup yang sama dan berharga seperti individu lainnya, termasuk dalam memperoleh pendidikan di tingkat Universitas. Pihak lembaga pendidikan tentunya harus menyediakan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa berkebutuhan khusus tersebut. Hal ini tentu untuk mendukung mahasiswa berkebutuhan khusus untuk dapat menyesuaikan dan mengikuti pembelajaran dengan baik.

Selain layanan khusus atau pembelajaran layanan khusus yang dapat diberikan kepada mereka, peran teman sebaya dan lingkungan sekitar mahasiswa tersebut pun memiliki andil dalam keberhasilanmahasiswa berkebutuhan khusus baik secara akademik maupun non akademik.

Mengapa peran teman sebaya penting?

Menurut beberapa hasil penelitian, teman sebaya memiliki peran dalam penyesuaian diri, pengembangan akademik dan sosial mahasiswa berkebutuhan khusus. Mengapa??

Karena mahasiswa akan banyak menghabiskan waktu bersama dengan teman-temandi kampus. Pengaruhteman sebaya juga dapat menjadi positif dan negatif. Teman yang baik tentunya akan memberikan dukungan untuk bertahan terhadap stress (Santrock dalam Hasan, S.A & Handayani, M.,M., 2014). Penelitian lain juga membuktikan bahwa dukungan dari teman adalah prediktor kuat bagi mahasiswa untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialDukungan sosial sendiri dapat mengacu pada kenyamanan, kepedulian, penghargaan, atau bantuan yang diterima oleh seseorang dari orang lain atau kelompok (Sarafino dalam Hasan, S.A & Handayani, M.,M., 2014). Menurut Miller dan Miller, adanya teman untuk mendukung individu berkebutuhan khusus merupakan salah satu bentuk intervensi dan pendidikan yang efektif dengan cara memotivasi individu untuk belajar.

Jadi, kalian sebagai teman sebaya, apakah yang bisa kalian lakukan?

  • Menumbuhkan EMPATI dalam diri. Mengapa empati ? karena dengan berempati, kita dapat  mengakui dan mengerti perasaan atau keadaan orang lain yang sedang menderita. Namun tidak hanya sebatas pada perasaan saja, melainkan sudah ada tindakan untuk dapat membantunya. Ketika kita sudah berempati, tentunya secara sukarela dan senang hati kita akan berusaha membantu teman yang berkebutuhan khusus tersebut.
  • Contoh paling nyata yang mungkin mahasiswa Binus pernah amati di lingkungan kampus adalah, dengan membantu membukakan pintu bagi mahasiswa yang menggunakan kursi roda, memberikan mentoring bagi mahasiswa berkebutuhan khusus, dan sebagainya.
  • Selain empati, kita juga dapat mencari informasi mengenai keadaan yang teman kita alami untuk dapat memahami pendekatan seperti apa yang kita butuhkan, apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Namun tetap perlu menjadi perhatian bahwa jangan sampai jatuhnya kita “mengasihani” mereka. Jangan sampai pikiran tersebut malah semakin membuat mahasiswa berkebutuhan khusus semakin tidak berdaya. Contohnya dengan selalu memberikan bantuan yang malah membuat mereka semakin terlihat atau merasa tidak bisa apa-apa.
  • Tentunya tidak menganggap mereka sebagai “orang aneh” yang harus kamu jauhi. Mereka bukan aneh namun special.
  • Mengakui hak dan kewajiban mereka, karena tentunya kamu dan mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama.

Daftar Pustaka

  1. Garnida, Dadang.(2015). Pengantar Pendidikan Inklusif. Bandung: PT Refika Aditama.
  2. Hallahan, D., Kauffman, J., & Pullen, P. (2010). Exceptional learners: An introduction to special education. Boston, MA: Pearson
  3. Hasan, S.A & Handayani, M.,M. 2014. Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Penyesuaian Diri Siswa Tunarungu di Sekolah Inklusi. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan. Vol 3 : 128-135