PERJALANAN SUCI KELUARGA MAHASISWA HINDU BINUS@MALANG

Terjelaskan di dalam sebuah kata bahasa Sansekerta, Tirtayatra adalah perjalanan suci bagi umat Hindu untuk mencari air suci yang dipercaya untuk memberikan pembersihan serta pencerahan kepada diri. Hal ini adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Ida Shang Hyang Widhi Wasa yang dilakukan oleh umat Beragama Hindu.

        Keluarga Mahasiswa Hindu (KMH) dari kampus BINUS@Malang  mengadakan Tirtayatra pada tanggal 23 Mei 2024 yang bertepatan pada hari raya Kajeng Kliwon, sehari setelah rahinan Buda Cemeng Menali dan Purnama Sadha. Tirtayatra ini dilaksanakan oleh para mahasiswa/i dari BINUS@Malang dengan mengunjungi beberapa lokasi pura, yaitu  Pura Patirtan Taman Pasupati dan Pura Luhur Amertha Jati.

        Kegiatan diawali dengan briefing di pagi hari sembari menungggu transportasi datang menjemput para peserta Tirtayatra di Kampus BINUS@Malang. Perjalanan pun dimulai untuk mendatangi suatu lokasi pura di daerah Wagir, Kabupaten Malang. Proses persembahyangan dimulai dari pembersihan diri, seperti cuci tangan, berkumur, cuci muka, tengkuk, hingga kaki. Dilanjutkan dengan para peserta tirtayatra bersembahyang di hadapan Nyi Ratu Mas. Setelah itu para peserta tirtayatra bersembahyang di hadapan Dewi Saraswati dan Ganesha. sebelum melanjutkan persembahyangan kepada Siwa, Lingga dan Dewi Parwati, para peserta tirtayatra diharuskan untuk melakukan prosesi melukat. Saat melukat para peserta tirtayatra dapat memilih untuk membasahi sekujur tubuh atau hanya kepalanya saja. Melukat dilakukan sebagai bentuk pembersihan diri sebelum memasuki area sakral tempat persembahyangan Siwa, Lingga, dan Dewi Parwati.

        Setelah melukat, peserta secara bergantian masuk ke dalam sebuah kubah untuk bersembahyang, berdoa, dan bersujud dihadapan Siwa Lingga, dan Dewi Parwati. Setelah itu para peserta tirtayatra diminta untuk menunggu di dalam pura untuk melakukan persembahyangan bersama. Dikarenakan kondisi pura yang secara kebetulan sedang ramai, para peserta Tirtayatra harus menunggu cukup lama untuk bersembahyang bersama di tengah pura. Setelah selesainya persembahyangan, waktu telah menunjukkan jam makan siang dan para panitia tirtayatra memutuskan untuk mengajak para peserta tirtayatra makan siang. Kembali pada perjalanan yang cukup memakan waktu dikarenakan pura kedua yang akan didatangi berada pada pantai selatan Malang. Sesampainya para peserta dan panitia tirtayatra pada lokasi Pura Luhur Amertha Jati, peserta langsung diarahkan untuk kedalam pura. Divisi perlengkapan menyiapkan sarana banten untuk digunakan saat persembahyangan dan divisi acara mengambil peran untuk membantu menaruh banten di setiap pelinggih. Sembari menunggu persiapan sembahyang, para peserta tirtayatra tidak sedikit yang mengabadikan momen dimana pura yang ditempati berada tepat diatas laut. Setelah itu persembahyangan pun dimulai dengan dipimpin oleh pemangku setempat. Setelah selesai bersembahyang, panitia dan peserta tirtayatra melaksanakan dokumentasi di pura tersebut dan kembali ke parkiran pura untuk melakukan evaluasi sebelum berpisah.

        Kegiatan tirtayatra ini ditujukan tidak hanya untuk bersembahyang, tetapi juga sebagai media untuk mengenal para saudara-saudara seumat beragama Hindu di BINUS@Malang.

Sumber Refrensi:

https://bali.kemenag.go.id/gianyar/berita/5700/meningkatkan-spiritual-melalui-perjalanan-tirta-yatra#:~:text=Jadi%20demikian%20tirtayatra%20dipahami%20sebagai,memperoleh%20air%20suci%20atau%20tirtha.

Miftahul Hamim